Monday, September 24, 2012

Mari Bermain Rubik


Maraknya buku-buku terbitan baru di toko buku cukup menggembirakan akhir-akhir ini, bahkan para penulis kenamaan bisa menjual buku karya mereka hingga jutaan copy. Meski masih banyak pembajakan nyatanya penjualan buku tidak terlalu memprihatinkan layaknya rilisan musik. Namun buku-buku yang terpajang di toko-toko buku besar kebanyakan memiliki genre atau jenis yang serupa. Cinta-cintaan khas remaja dan motivator adalah dua jenis buku yang dengan sangat mudah dapat kita temui disana. Sebegitu haus nya kah masyarakat akan cerita-cerita fiksi yang menjual bualan omong kosong tak tentu arah seperti itu? Dan apakah masyarakat kita terlalu galau dan lemah sampai buku-buku motivasi selalu saja masuk jajaran buku best seller? Meski banyak buku-buku berkualitas karya penulis lokal tapi dua genre buku yang disebutkan diatas rupa nya memang masih mendominasi entah sampai kapan.
Di tengah keserupaan rilisan-rilisan buku dari penerbit besar tersebut, muncul lah sebuah buku kumpulan tulisan karya Angga Wiradiputra yang ia beri judul RUBIK. Tak ingin menunggu lama sampai ada penerbit melirik karya nya, maka Angga berinisiatif untuk menerbitkan buku nya secara self released melalui @nulisbuku. Apa yang ada dalam benak kita saat mendengar kata Rubik? Mungkin sebagian besar dari kita menangkap bahwa Rubik adalah sebuat benda atau mainan yang memerlukan kerja otak lebih besar untuk dapat membentuknya menjadi sebuah kotak persegi yang teratur warnanya. Tapi nyatanya untuk menikmati buku Rubik ini kita tidak perlu berpikir sekeras seperti saat kita bermain Rubik. Buku Rubik ini bahkan memancing kita untuk turut serta masuk ke dalam cerita karena yang ditampilkan memang cerita-cerita yang dekat dengan keseharian.
Buku ini terbagi dalam beberapa bab yang judulnya mencerminkan garis besar isi cerita setiap bab nya. Sebagai pembuka kita akan disuguhkan cerita atau ekspresi perasaan penulis kepada Tuhan, keluarga, kekasih dan orang-orang terdekat yang ada disekelilingnya. Bab ini di beri judul Dear, Kadear. Kumpulan cerita yang cenderung singkat dan pilihan kata yang lugas, jelas, terkadang sinis dan apa adanya dalam bab ini membuat kita mudah untuk mencerna apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Beberapa tulisan di bab ini juga seolah mengingatkan kita akan kejadian umum yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari namun luput dari perhatian kita.
Beralih ke bab selanjutnya ada Mengigau kah kau Tuan Lau? Andi Lau?. Bab ini berisi cerita-cerita fiksi hasil imajinasi penulis. Saat membaca bab ini kita seolah berada dalam mesin waktu yang siap membawa kita ke masa kanak-kanak dulu saat orang tua kita membacakan dongeng sebelum tidur. Khayalan mengenai Negeri bla bla bla, Pemusik Asik dan Pecinta Jendela memaksa kita ikut masuk ke dunia khayalan yang menyenangkan. Setelah bermain-main di negeri khayalan maka selanjutnya kita di bawa kembali ke dunia nyata dalam bab Pak camat sudah bukan Rahmat, dia sedang curhat. Di bab ini penulis mencoba membagi cerita kesehariannya mengenai segala hal yang menarik perhatiannya, mimpi-mimpi nya dan kisah menyentuh yang dialami dalam keluarganya. Semuanya dikemas sederhana seperti seseorang yang sedang curhat dengan teman baik nya. Bab ini akan membuat kita merasa dekat dengan penulis. Namun begitu dalam bab ini banyak cerita singkat yang tidak utuh bahkan terkesan tanggung, seperti layaknya sebuah lagu yang hanya ada intro atau reff nya saja. Jadi kita seolah dituntut untuk menerka bagaimana cerita tersebut sebelum dan sesudahnya bila ingin menikmatinya secara utuh. Gaya berceritanya tersebut seolah sudah menjadi karakter nya dalam menulis. Tapi potongan-potongan cerita tersebut bisa saja disengaja oleh penulis untuk mengaitkannya dengan sifat Rubik yang merupakan potongan warna yang harus dipikirkan sendiri oleh pemainnya untuk mendapatkan bentuk yang utuh dan teratur.
Selesai dengan segala curahan hatinya, kita akan disuguhkan sebuah bab berjudul Susi untuk Sulastri, kata ganti sastra untuk meracau. Bab ini berisi kumpulan puisi serta prosa singkat nya. Penulis seperti nya memang tidak ingin membuat pembaca mati kebosanan bila harus membaca cerita panjang, maka puisi dan prosa yang ada disini pun dikemas dengan singkat namun sarat makna. Kemudian di bab selanjutnya ada Regi masih pake kawat gigi? Ngga, dia sudah beranalogi. Bab ini menggambarkan segala analogi dan persepsi penulis tentang kejadian yang ada di sekitar nya. Jangan heran bila persepsi nya berbeda dari pemikiran kebanyakan orang atau bahkan tidak pernah terbayang sebelumnya dalam benak kita. Pemikiran yang sederhana lagi-lagi dapat dengan mudah kita tangkap dalam tulisan yang banyak berisi tentang harapan, mimpi dan keheranan akan perilaku manusia belakangan ini.
Selanjutnya ada Resah dan gelisah pada semut merah. Bab ini berisi kumpulan lirik lagu yang penulis buat. Keseharian penulis yang merupakan seorang bassis dari sebuah band asal Bandung, Taman Kota membuat wajar rasanya bila ia memasukkan bab ini ke dalam bukunya. Kebanyakan lirik yang ada berisi tentang banyak pertanyaan mengenai kehidupan yang cukup membingungkannya. Sebagai penutup penulis menyuguhkan sebuah bab berjudul Sebuah teori, eh teori. Disini kita akan menemukan ideologi penulis mengenai hidup, musik sampai hubungan asmara. Berbeda dengan bab-bab sebelumnya, disini kita akan menemukan sudut pikir yang dikemas secara utuh. Penulis berusaha memaparkan pemikirannya secara gamblang dan kritis. Kita bisa saja setuju atau bahkan membantah semua tulisannya di bab ini dengan spontan. Gaya bertutur nya memang seolah memancing kita untuk berdiskusi.
Dari keseluruhan tulisan yang ada di bab ini maka dapat kita kenali gaya bercerita yang lugas dan terkesan to the point meski banyak juga pemilihan kata ajaib yang dapat menambah perbendaharaan kata pembaca. Pemilihan kata yang tidak biasa tersebut diakui penulis terinspirasi dari lirik lagu Zeke Khaseli yang di daulat sebagai idola dan panutannya, baik dalam menulis maupun bermusik. Bila kita menganggap hidup ini tak adil, maka dengan membaca buku ini kita akan menyadari bahwa banyak hal dalam hidup kita yang tanpa kita sadari justru bisa sangat menyenangkan.
Kalo kamu penasaran dengan keseluruhan isi buku ini, yuk langsung order aja ke @wenkywiradi  atau ke email wenkywiradi@gmail.com, karena buku ini self released jadi penulis nya juga deh yang turun tangan ngurusin distribusi dan pemesanan. Tapi kamu juga bisa nodong dia buat minta tanda tangan atau tanda kecup, hehee. Yuk tunggu apa lagi? Support our local indie writer :')

Artikel ini telah dimuat di web Berisik Radio yang dapat dilihat di sini

No comments:

Post a Comment