Friday, December 31, 2010

Malam Ini Setahun Yang Lalu

          Hampir semua orang merayakan momen pergantian tahun ini dengan penuh kebahagiaan dan antusiasme. Namun tidak sedikit pula yang menikmati momen peralihan ini dengan lambat sambil berinstropeksi kealpaan apa yang sudah di lalui. Atau mungkin juga sedang mengingat segala rupa kenangan yang sudah terjadi satu tahun belakangan.

          Seperti yang saya alami malam ini. Masih melekat di ingatan saya tepat malam ini setahun yang lalu kami saling bertukar kenangan, bertukar cerita mengenai harapan masa depan kami. Dan tahu kah kalian saat itu kami menemukan banyak harapan serupa. Kemudian kami saling mendukung untuk mampu meraih semuanya. Saya yakin malam itu kami jatuh cinta karena kami saling memuji, saling rayu, saling mendoakan dan mampu berbincang hingga tengah malam tiba sampai tibalah saat memberikan ucapan selamat tahun baru. Kami berdoa bersama semoga terwujudkannya harapan dan asa kami.

          Ahh semuanya indah, saya bahagia dan saat itu saya merasa kami sangat dekat meskipun kami terpisah jarak ratusan kilometer. Malam itu saya merasa sangat di butuhkan, di dampingi, di naungi. Di malam resolusi itu pun saya sangat berharap kami akan semakin dekat. Bukan hanya raga tapi juga hati. Saya ingin hati kami saling bertegur sapa mesra. Saling merayu, saling membuai, saling memabukkan hingga terbang ke nirwana. Lalu setahun setelah malam itu apa yang terjadi? Kini saya hanya sendirian di ruangan bisu ini, beresolusi seorang diri, tidak bertukar kenangan apalagi harapan. Sementara dia? Entahlah.

Thursday, December 30, 2010

Bahagia Itu Sederhana

          Entah mengapa malam ini saya merasa bahagia sekali. Berada di dalam sebuah bus kota yang sesak penumpang biasanya membuat saya memilih untuk tidur saja sepanjang perjalanan. Namun malam ini saya mengarungi jalan jakarta dengan tersenyum sambil mendengarkan musik dari perangkat digital dan bernyanyi tanpa suara.

          Saya dapat tempat duduk di paling pojok yang membuat saya leluasa melihat pemandangan ke arah luar jendela bus. City light, gedung bertingkat, kendaraan lalu lalang. Semuanya dapat saya lihat dengan jelas. Beberapa waktu lalu semua ini slalu berhasil membuat saya suram. Suram karena situasi itu selalu membuat saya merasa kesepian yang berujung mengutuk keputusan saya untuk berpisah dengan lelaki itu.

          Namun setelah berusaha ikhlas untuk menjalani dan melewatinya, malam ini saya bahagia hanya dengan berada di jalan dan mendengarkan lagu kesukaan. Ternyata untuk menjadi bahagia itu sangatlah mudah kawan. Dan kita mampu menciptakan kebahagiaan itu. Lalu mengapa kita masih saja berharap orang lain akan membahagiakan kita jika kita punya cara sederhana untuk mewujudkannya. :)

Monday, December 27, 2010

My broke up soundtrack

Loosing you it's not the end of the world
but that's true it definetly hurt
(Life keeps on turning, Mocca)

Percayalah terang akan datang disaat yang tidak terduga
Dan malaikat di atas bumi tersenyum lepas
(Nyala, Pure Saturday)
 
The Clock is Ticking without waiting
Leaving you behind with your broken wings
(The break up, andre harihandoyo and sonic people)

You never show me love that i want from you
I'm scared, so scared, yes scared, so scared
(Oh, i never know, Sarasvati)

apa mauku apa maumu
selalu saja menjadi 
satu masalah yang tak kunjung henti
(Air dan api, Naif)
 
Lying in my bed again, And I cry 'cause you're not here.
Crying in my head again, And I know that it's not clear. 
(I can't be with you, The Cranberries)

I don't want to wait for our lives to be over
Will it be yes or will it be.. sorry?
(I don't want to wait, Paula Cole)

Hitung napas yang kelak berat
Kau kan sakit dan pergi
Tanpa waktu yang pasti selamanya, selamanya
(Kata, The Trees and The Wild)

Saturday, December 25, 2010

Perpisahan

          Oke, seperti biasa perpisahan memang selalu menyakitkan. Terlebih berpisah dengan seseorang yang selama ini kita harapkan akan senantiasa memberi kebahagiaan pada kehidupan kita. Seseorang yang selama ini melekat di hati. Seseorang yang nama nya selalu ada di hati dan pikiran kita. Namun ketika keadaan mengatakan bahwa kami tak dapat lagi bersama, saya pun tak mampu berbuat banyak.
          Hati saya hancur, kenangan saya lenyap, harapan saya runtuh. Ya itu lah yang saya rasakan. Sangat dalam. Hancur karena tau tak ada lagi seseorang yang bisa menaungi saya, memberikan pengharapan, memberikan kenyamanan. Namun ini lah kenyataan yang harus saya hadapi. Suka atau tidak toh inilah keputusan yang kami sepakati. Setelah berusaha yang selalu di iringi doa mungkin ini memang jawaban nya.
          Semoga ini jalan terbaik buat saya, buat dia, buat masa depan kami. Tak dapat saya pungkiri jika saya merasa sangat kehilangan. Ya meskipun rasa kehilangan ini sudah lebih dulu saya rasakan sejak dua bulan yang lalu ketika hubungan kami memburuk. Bagaimana mungkin saya bisa begitu mudah melupakan satu2nya laki-laki yang pernah saya perkenalkan ke orang tua saya sebagai orang terdekat. Masih jelas di ingatan saya bagaimana cara dia menatap saya, menyanyikan lagu kesukaan saya saat saya sulit terpejam di malam hari. Semua terlalu indah untuk dapat saya lupakan begitu saja.
          Ribuan city light dan taman itu juga menjadi saksi bisu kebersamaan kami. Jembatan fly over yang sangat kami sering lalui juga tidak akan dengan mudah saya lupakan. Disana kami sering melakukan perjalanan iseng tanpa arah. Just going nowhere. Mungkin konyol tapi kenyataannya kami bahagia melakukannya dan begitu kagum pada city light jakarta di malam hari.
          Lampu cantik itu seolah memancarkan sinar pengharapan bahwa ada masa depan cerah menunggu untuk kami gapai. Sepanjang jalan yang sering di sebut sebagai broadway nya jakarta juga tentu tak akan lekang dari ingatan saya. Di sana kami sering berkencan sekedar makan malam bersama di pinggir jalan. Ya meskipun sesekali terganggu dengan pengamen yang datang asalkan bersamanya saya tetap senang dan selalu memberikan senyum terbaik untuk nya. Saya selalu suka moment itu meskipun singkat karena malam semakin larut dan memaksa kami untuk berpisah beberapa saat.
          Namun saya menikmati setiap perasaan rindu yang membuncah dalam hati saya karena itu yang selalu membuat perasaan cinta saya bertambah setiap kali bertemu lagi dengannya. Rindu selalu jadi multivitamin yang terus memupuk rasa cinta saya. Ya memupuk dan membuatnya bermekaran. Harum dan indah untuk di nikmati. Tak pernah sekali pun saya berniat untuk mencuranginya. Tak pernah sedikit pun saya berpikir untuk berpaling darinya. Tak pernah terbayangkan untuk berpisah dengan nya.
          Sampai perubahan sikap nya dua bulan lalu. Sungguh menyakitkan rasanya saat saya terus menerus melihat wajahnya tanpa senyum. Saya kehilangan masa berkomunikasi dengannya. Entah apa yang membuatnya enggan untuk menjangkau saya dan entah apa juga yang membuat saya terlalu gengsi untuk terus mengejarnya sampai dia menyerah. Yang dapat saya lakukan hanya memendam kerinduan yang sangat dalam. Setiap hari menggerogoti jantung saya.
          Saat itu saya bingung bagaimana mendekatinya. Dia semakin tak terjangkau. Saya takut dia menepis kerinduan yang saya berikan. Saya terlalu khawatir kalau-kalau dia tetap tak tersenyum saat saya menawarkan setangkup cinta. Kami dekat namun seolah ada tembok penghalang besar yang tak mengizinkan kami untuk saling menatap lembut. Masih jelas di ingatan saya ketika dia mengusap kepala saya lembut saat saya sedang sedih dan butuh dukungannya. Mungkin kalian menganggap itu tak seberapa tapi tau kah kalian jika itu sangat berarti buat saya? Saya masih dapat merasakan genggaman tangannya saat dia menggandeng saya mesra. Saya ingat senyum sumringah nya saat melihat saya agak sedikit berdandan dengan menggunakan dress yang sangat dia sukai jika saya memakainya. Ya itu lah kenyatannya.
          Saya selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk nya, selalu berusaha membuatnya merasa bahagia. Tapi toh hanya dia yang mengerti sebatas mana takaran kebahagiannya. Semua yang sudah saya lakukan ternyata tak cukup membuatnya bahagia dan merasa nyaman berada di samping saya. Kenyataan ini semacam pil pahit yang harus saya telan. Tapi ya sudah lah. Semua orang punya hak untuk menggapai kebahagiannya masing2. Tak ada yang dapat di salah kan dalam hubungan kami berdua. Mungkin kami hanya dua orang hamba Tuhan yang memiliki takaran kebahagiaan yang berbeda. Nyata nya kami berdua sudah melakukan hal terbaik untuk saling membahagiakan satu sama lain.
           Dia sering mengikuti ego saya yang suka tidak terkontrol. Dia sering mencuri waktu istirahatnya untuk menjemput saya pulang kantor. Dia juga sering memaksa matanya tetap terjaga saat malam hari saya memaksanya untuk ngobrol di telepon saat insomnia saya kambuh. Berharap akan ada hikmah di balik semua kejadian ini. Berharap ada pencerahan setelah semua kesulitan yang kami hadapi bersama. Berharap semua usaha dan pengorbanan kami untuk mendapatkan seseorang yang kelak menjadi pendamping di sisa hidup kami ini tak sia-sia.
          Kamu akan tetap ada di catatan sejarah hidup saya. Kotak kisah warna warni itu akan tersimpan rapi di hati saya. Bahagia pernah menjadi seseorang yang sangat dekat dengan mu. Bahagia pernah mengenal seseorang dengan kesabaran yang jauh di atas saya. Maaf atas segala sikap yang mungkin sering menyakiti mu dan membuat mu tak nyaman berada di sisi saya. Kamu harus tetap berjalan dengan harapan mu. Meskipun sudah tak ada nama ku lagi di sana. Semoga Tuhan tidak bosan memberikan kebahagiaan untuk kita. Semoga kita senantiasa menjadi orang yang selalu bersyukur atas segala perjalanan hidup yang sudah di takdirkan untuk kita jalani. Bahagia pernah menjadi bagian hidupmu, my baby gorilla.