Tuesday, May 12, 2015

Tersesat di Antariksa Bersama Morfem

Lengkap sudah koleksi album Morfem

Setelah melepas EP Sneakerfuzz pada akhir tahun lalu, tahun ini Morfem bersiap-siap untuk merilis album ketiganya. Album yang rencananya diberi judul Tersesat di Antariksa, sama dengan judul single pertamanya ini sudah mulai dikerjakan sejak tahun lalu. Lagu Tersesat di Antariksa juga sudah mulai diperkenalkan saat mereka mengisi panggung-panggung musik beberapa bulan terakhir ini.

Pertama kali dengar judul Tersesat di Antariksa, saya menduga bahwa lagu tersebut adalah lagunya The Upstairs. Ternyata salah, haha. Dan lagi-lagi, Jimi Multhazam, sang vokalis berhasil membuat lirik lagu yang asik dan ear catching. Sampai sekarang, Jimi memang salah satu penulis lirik berbahasa Indonesia yang berbahaya. Nggak ada lagu gubahannya yang gagal.

Entah ingin memanfaatkan momen atau memang ingin menjadikannya sebagai pemanasan, Morfem merilis single Tersesat di Antariksa dalam bentuk kaset pada Record Store Day 2015 bulan Maret kemarin. Kaset yang dibuat hanya sebanyak 100 copy tersebut terjual ludes pada hari kedua pelaksanaan RSD. Saya sendiri berhasil mendapatkannya di hari pertama. Sejak awal diumumkan bahwa single tersebut akan dirilis, saya memang menjadikannya sebagai daftar buruan utama. 

Bersamaan dengan single Tersesat di Antariksa, pada sisi satu lagi di kaset yang sama, ternyata Morfem memasukkan lagu Kuning, milik Rumahsakit yang dibawakan dengan versi mereka. Lagu Kuning juga termasuk salah satu lagu cover version yang sering mereka bawakan dalam setiap penampilan mereka. Kedua lagu dalam kaset ini benar-benar bisa bikin kita tersesat di dunianya Morfem, dunia bising berbalut lirik indah. 

Friday, May 8, 2015

Pure Saturday Rilis Vinyl Grey



Setelah dijanjikan sejak tahun lalu, ahirnya Pure Saturday merilis album Grey dalam bentuk vinyl. Album yang sudah dirilis dalam bentuk CD pada tahun 2012 tersebut sayangnya dirilis saat Pure Saturday kini hanya beranggotakan tiga personel.

Jakarta baru kebagian dikunjungi unit band asal Bandung ini pada 5-5-2015, tanggal yang cantik untuk sebuah perayaan. Berlokasi di 365 Ecobar, Kemang, untuk pertama kalinya saya bertemu mereka dengan formasi trio. Sayang, meski harus menempuh waktu enam jam Bdg-Jkt, mereka hanya melakukan signing session vinyl aja. Rasanya gak rela melihat Pure Saturday ke Jkt tanpa menampilkan aksi panggung :p

Saya sendiri sebenarnya nggak punya vinyl player tapi tetap merasa wajib untuk membeli rilisan mereka tersebut. Ya, siapa tau kelak bisa saya wariskan ke anak cucu saya. Ini adalah vinyl pertama yang saya punya dan karena sampai sekarang belum disetel jadi saya nggak bisa review kualitasnya, ya nggak ngerti juga sih sebenernya kualitas vinyl yang bagus tuh seperti apa, hahaa.

Well, meski Pure Saturday tak sama seperti dulu lagi, saya akan tetap mendukung setiap langkah kreatif mereka. Maju terus Pure Saturday..

Monday, April 6, 2015

Rumahsakit Belum Hilang




Setelah vakum tanpa kegiatan bermusik selama setahun belakangan, Rumahsakit kembali hadir dengan merilis album rekaman keempatnya bertajuk +imeless. Sudah menjadi rahasia umum sepertinya bahwa vakumnya Rumahsakit dari panggung-panggung gigs dikarenakan hengkangnya sang vokalis, Andri Lms yang kini kehilangan gairah dan memilih untuk pensiun dalam bermusik. Namun keempat personel Rumahsakit yang lain, yaitu Marky (gitar), Sadam (bass), Micky (keyboard) dan Fadhli (drum) tidak membiarkan begitu saja band yang mereka rintis sejak 20an tahun yang lalu menghilang dari skena musik Indonesia.

Dengan kehadiran vokalis baru, Arief, secara resmi mereka merilis album +imeless dengan sebuah acara launching yang digelar pada Selasa, 24 Maret 2015 di Foundry 8, Senayan, Jakarta. Sebelum mereka tampil membawakan materi baru, hadirlah Barefood dan Morfem sebagai band pembuka yang cukup menghangatkan suasana. Setelah itu barulah Rumahsakit hadir ke atas panggung. Ini kali pertamanya bagi Arief tampil di atas panggung bersama Rumahsakit.

Photo: Yudistira Yulius

Rumahsakit tampil dengan gaya yang lebih kekinian, maklum karena mereka disponsori oleh sebuah brand fashion terkenal. Selain itu ada kecanggungan yang nampak di awal penampilan mereka. Sadam, sang bassis yang lebih banyak berbicara untuk menjalin komunikasi dengan penonton. Meski tak bisa menutupi rasa canggungnya, Sadam berusaha untuk lebih dekat dengan penonton. Arief, sang vokalis pun tampak berusaha untuk akrab dengan para pengikut setia Rumahsakit.

Saya sendiri sempat meragukan apakah dengan kehadiran vokalis baru ini, Rumahsakit dapat mempertahankan masa kejayaannya. Saya khawatir Rumahsakit kehilangan ciri khasnya seiring dengan hilangnya vokalis. Rumahsakit terlanjur identik dengan kehadiran AndriLms. Meskipun seluruh personel tentu saja memiliki pengaruh yang sama besarnya dalam band. Apalagi single '3:56' yang sempat mereka luncurkan sebelumnya tidak begitu menarik selera saya. Tapi ternyata keraguan dan kekhawatiran saya terbantahkan. Rumahsakit tetaplah Rumahsakit meski tanpa vokalis lamanya. Walaupun tampil dengan kemasan baru, musik mereka tetap dapat saya kenali dengan intro keyboard dan racikan sound gitar khas mereka.

Kini beberapa lagu seperti ‘Tak ada yang selamanya’ dan ‘Sandiwara semu’ menjadi track favorit saya bahkan masuk dalam playlist harian yang tak pernah saya lewatkan. Yang tidak kalah menarik dari album +imeless ini adalah hadirnya legenda rap Indonesia, Iwa K, yang ikut mengisi dalam satu lagu berjudul ‘Wrong’. Meski tidak terlalu banyak mengambil bagian, Iwa K memberikan warna yang berbeda dalam album ini. Yang membuat saya salut, ide ini tentu jarang terpikir oleh band lain yang mau mengkolaborasikan musiknya dengan seseorang dengan latar belakang musik yang jauh berbeda. Total ada 10 lagu dalam album ini. Silahkan pilih dan putar lagu yang menjadi favorit lo. Jangan lupa sebarkan pada orang terdekat bila menyukainya. Kalau lo berani vokal dalam mengkritik lagu 'sampah', gak ada salahnya kalo lo mau menyebarkan karya yang bagus untuk menutupi lagu-lagu 'sampah' tersebut.  

Karakter vokal Arief yang terdengar tak lms itu memang berbeda dengan AndriLms tapi siapa yang peduli ketika band favoritnya berhasil eksis setelah perjalanan berat yang mereka lalui. Sama tak pedulinya dengan ratusan orang yang hadir di pesta peluncuran +imeless malam itu. Mereka tetap bernyanyi bersama saat lagu-lagu nostalgia seperti Kuning dan Hilang dibawakan, meski dengan vokalis yang berbeda. Ya, kenyataannya Rumahsakit terlalu dicintai untuk ditinggalkan begitu saja hanya karena pergantian vokalis.

Wednesday, February 18, 2015

Pure Saturday Still Alive

Peduli apa terjadi
Terus berlari tak terhenti
Untuk raih harapan
Di dalam tangis atau tawa

Pure Saturday dan Pure People


Penyesalan karena tak bisa hadir di press conference yang diadakan Pure Saturday kemarin di Bandung terbayar dengan kabar dari seorang teman yang hadir ke sana dan mengatakan bahwa band idola saya tersebut mengumumkan bahwa band akan tetap ada, tetap berkarya. Ya, mereka terus berlari dan tak kan terhenti. Pure Saturday Still Alive. Hampir 21 tahun membesarkan band tersebut sepertinya membuat ketiga personel tersisa tidak rela membubarkan band begitu saja.


Hampir tiga minggu yang lalu saya dan semua yang ada dalam lingkaran musik (so called) indie dikejutkan dengan berita mundurnya dua personel kembar Pure Saturday, Adhi (gitaris) dan Udhi (drummer). Saya tau berita tersebut dari seorang sahabat yang tinggal di Bandung. Saat itu jelas saya nggak percaya karena lima hari sebelumnya saya masih menyaksikan penampilan mereka lengkap berlima. Ketika ngobrol dengan para personel dan manajemen seusai pentas pun tak ada indikasi mengarah ke sana.


Untuk memastikan berita tersebut, saya langsung menelepon Udhi. Dan ternyata ia pun mengamini kabar yang beredar. Saya sempat menyatakan kesedihan dan ketidakrelaan saya kalau ia dan sodara kembarnya mundur dari band. Tapi sekali lagi Udhi memastikan bahwa ia sudah yakin dan memikirkan dengan matang keputusan yang mereka ambil. Tidak ada toleransi lagi untuk keputusan ini. “Yah mau gimana lagi, saya juga awalnya berat ninggalin semua kesukaan saya dari kecil. Tapi insya Alloh ini yang terbaik.” begitu kira-kira yang Udhi sampaikan pada saya.


Kesedihan saya semakin bertambah ketika banyaknya orang-orang di media sosial yang menghakimi si kembar begini begitu dengan nada negatif dan nyinyir. Tidak bisakah kita menanggapi ini sebagai sebuah keputusan prinsipil yang berkaitan dengan keyakinan. Keyakinan pada hakekatnya merupakan urusan masing-masing orang dengan penciptanya. Terlalu pribadi rasanya untuk kita campuri.


Lumayan sulit bagi saya untuk menyadari kalau ini benar-benar terjadi dan bukan sekedar mimpi buruk. Apalagi kemungkinan bubarnya Pure Saturday sangat bisa terjadi. Saya masih ingat betul dalam sebuah wawancara saya dengan mereka saat mereka merilis album Grey tahun 2012 lalu, Ade (bassis) pernah menyatakan begini, “Kita agak susah buat ngeband dengan orang yang gak dekat, jadi sebisa mungkin kita gak akan pake additional player, kalau ada salah satu yang gak bisa mending tawaran manggungnya gak diambil.”


Tapi Pure Saturday sepertinya cukup kuat untuk melewati masa-masa sulit ini. Terbukti pada 7 Februari yang lalu mereka tetap manggung di Makasar memenuhi undangan SMA 11 Makasar dibantu oleh Ochim (teknisi gitari Adhi) pada gitar dan Papay (Sarasvati) pada drum. Di sana terlihat dengan jelas sambutan penonton sangat baik dan saya yakin itu pasti menyadarkan mereka bahwa mereka tetap diinginkan keberadaannya.


Akhirnya Pure Saturday pun mengabulkan keinginan para Pure People. Pada 17 Februari 2015 bertempat di Morning Glory Coffee, Bandung, mereka menggelar jumpa pers yang bertujuan untuk menjelaskan ‘nasib’ dan rencana band ke depannya. Selain memastikan bahwa mereka akan tetap eksis, mereka juga berencana untuk menggelar sebuah mini konser di Bandung dan Jakarta. Akan ada vinyl album Grey juga yang akan dirilis dalam waktu dekat. kabar baik lainnya adalah sebuah single baru akan dilepas. Ya, meski masih sulit menerima kenyataan berkurangnya personel dalam band, passion mereka dalam musik terlalu besar untuk menyerah pada keadaan.


Teruslah berlari, Pure Saturday.


Wednesday, January 2, 2013

5 Gigs Terfavorit 2012


Sepanjang tahun 2012 ini banyak banget pertunjukan musik diselenggarakan. Hampir setiap minggu selalu ada aja gigs yang diadain, baik kecil-kecilan di komunitas maupun yang gede-gedean dengan konsep festival. Sebelumnya saya memang selalu menyempatkan minimal sebulan sekali buat datang ke gigs. Tapi setelah saya bergabung dengan salah satu radio streaming paling hits di Jakarta (Berisik Radio), hahaha oke ini lebay, saya jadi makin sering datang ke gigs. Selain dapat freepass, kesempatan buat wawancara band idola merupakan kesempatan yang saya syukuri. Soalnya dari dulu juga kan ingin nya jadi jurnalis musik kayak Lupus. Meskipun bukan di HAI tapi saya seneng kok ada di posisi sekarang, hehe. Oke balik lagi ke gigs, dari banyak nya gigs yang saya datangi, sekarang saya mau bikin 5 gigs terfavorit sepanjang tahun 2012. Sebenernya agak susah sih milihnya, tapi saya coba lah. Ini dia, sikat jhonnnnn!!

1.       Grey Concert
Grey Concert ini adalah konser launching album terbarunya Pure Saturday yang berjudul Grey. Saya gak bisa bilang gak buat konser ini. Tiket seharga 125rb rupiah pun saya tebus demi nonton konser tunggal band kesayangan saya ini. Harga yang masuk akal buat sebuah pertunjukan tunggal di sebuah gedung pertunjukan yang keren pula. Waktu itu konser ini diadakan di Gedung Kesenian Jakarta, 15 Mei 2012. Awalnya saya sempat protes karena harus duduk sepanjang nonton konser. Gimana caranya nikmatin musik Pure Saturday sambil duduk? Tapi pas konser nya dimulai, saya tarik semua protes saya. Konser yang digarap sama G Production itu menghadirkan Pure Saturday dengan konsep yang keren dan beda banget. Malam itu Iyo, vocalis nya PS nyanyi sambil berakting sesuai dengan tema dan isi lagu yang dibawakan. Muka nya di cat, bawa pedang, bahkan pake legging segala, hahahaa kapan lagi coba liat dia dandan kayak gitu. Selain membawakan materi album baru, tentu aja mereka juga membawakan sejumlah lagu lama yang udah akrab ditelinga semua yang datang malam itu. Setelah 5 tahun menantikan album baru mereka, malam itu saya puas banget sama semua lagu yang mereka hasilkan. Seneng, terharu, bangga, semuanya jadi satu malam itu.  Kesan intim pun tergambar malam itu karena setelah konser masih ada signing session dan kumpul-kumpul bareng Pure People Jakarta dan Bandung yang juga ikut datang. Cerita lengkapnya kalian bisa liat di sini

2.       ICU 121212
Satu lagi living legend indie band yang keluar sarang. Yup band yang bubar sejak tahun 2004, akhirnya memutuskan buat reunian dan ngeluarin album baru. Padahal sebelumnya saya lumayan pesimis mereka bakal reunian dan rilis album lagi. Berita ini tentu aja bikin saya seneng banget karena seumur-umur ngefans sama mereka saya baru sekali nonton live mereka yaitu waktu ulang tahun owner nya twins music tahun 2010 di Bulungan. Jadi pengumuman kalo mereka bakal menggelar konser launching album yang diberi tajuk 1+2 ini bikin saya ga sabar nunggu nya. Yang menyenangkan lagi saya boleh meliput acara tersebut buat Berisik Radio. Gigs yang diselenggarakan di Eclectic Bar, Citos, oleh SRM Band ini lumayan ngaret, entah karena apa. Akhirnya kira-kira jam 21.30 wib acara dimulai dengan penampilan dari L’alphalpha yang didaulat sebagai band pembuka. Setelah membawakan 4 lagu, gigs dilanjutkan dengan penampilan dari Ballads of The Cliche. Mungkin mereka sadar kali yah kalo penonton udah ga sabar mau nonton Rumahsakit hahaa makanya mereka mencoba menghangatkan suasana dengan membawakan sejumlah lagu dari band-band british era 90an yaitu PULP, Placebo, The Wannadies sampe Stone Roses. Dan penampilan mereka berhasil bikin suasana panas dan semakin siap buat menyambut penampilan Rumahsakit. Nah yang ditunggu-tunggu pun akhirnya muncul ke atas panggung. Satu per satu personel Rumahsakit muncul dan mereka membuka dengan lagu Hilang. Karaoke massal langsung terjadi tanpa komando. Mantappp lah pokoknya. Semua nyanyi sampe suara sang vokalis ga kedengeran lagi. Saya ngeliat banyak banget yang terharu sama gigs malam itu, saya pun histeris banget ngeliat band yang saya nantikan sejak lama akhirnya bisa tampil di depan mata. Dan saya berhasil berada dideretan depan panggung. Jaraknya gak sampe semeter bray. Suara Andri Lms yang masih fals dan sound yang sesekali juga fals udah ga jadi masalah lagi yang penting idola saya balik, haha, mungkin itu juga yang ada dipikiran 500 orang yang malam itu hadir disana. Total mereka membawakan 10 lagu malam itu. Sedikit sih emang tapi sebagai gigs pemanasan comeback nya mereka udah puas lah. Alhamdulillah itu juga bisa liat mereka lagi, hehe. Cerita lengkapnya bisa liat di sini.

3.       17th anNAIFersary
Yoi, sesuai nama acaranya, gigs ini diadakan dalam rangka ulang tahun NAIF yang ke 17. Gigs berlokasi di HardRock Cafe, Jakarta pada 22 Oktober 2012. Nah gigs yang satu ini juga lumayan ngaret. Yah begitu lah di Jakarta mah jarang banget ada gigs yang ontime. Acara baru dimulai jam 10 malem. Tapi ngaret nya itu kebayar banget karena NAIF bawain 32 lagu mennnn. Coba lo sebutin apa lagu NAIF fav lo? Semuanya pasti ada dideretan setlist mereka. Bahkan lagu-lagu yang selama ini jarang dibawain secara live malam itu mereka sikat buat menghibur KawaNaif. Ya namanya juga hajatan ulang tahun udah selayaknya sih dirancang special. David juga berkomunikasi akrab sama semua yang dateng. Di tengah acara juga sempet ada acara tiup lilin dan berdoa bersama semoga NAIF tetap jaya selalu. Yeay. Saya puas banget lah malam itu. Pulang-pulang dengan kaki gempor dan pinggang encok karena harus berdiri 3 jam terbayar sama perasaan happy. Buat tau cerita lengkapnya bisa baca di sini

4.       Angklung Night Tribute To The Beatles
     Baru kali ini saya penasaran sama gigs tribute to the beatles. Sebagai pengagum The Beatles saya sering malas datang ke acara dimana seluruh penampilnya akan membawakan lagu The Beatles karena saya pesimis akan ada band yang membawakan lagu-lagu The Beatles dengan layak. Tapi akhirnya saya tertarik buat menyaksikan gigs tribute ini. Sempet gak yakin juga bakal bisa datang ke gigs ini karena harga tiket yang ditawarkan lumayan mahal. Kalo di Jakarta mungkin ga terlalu masalah. Tapi ini di Bandung, yang buat ke sana aja saya mesti mikirin ongkos dan biaya makan selama di sana. Nah berbekal otak yang mikirnya lebih pinter kalo sedang kepepet saya pun kepikiran buat ngajakin si EO nya kerjasama. Ehh tau nya malah mereka duluan yang minta Berisik Radio buat jadi media partner karena ternyata belum ada media Jakarta yang support. Pucuk di cinta ulam pun tiba namanya haha. Setelah berbalas email, berangkat lah saya ke Bandung bahkan bisa ngajak beberapa personel Rombongan Sirkus juga karena masih ada freepass lebih. Dan yakkk penasaran saya dijawab dengan decak kagum sepanjang pertunjukan. Alunan merdu musik angklung Saung Udjo waktu membawakan nomor-nomor hits The Beatles bikin saya semakin bangga sama kesenian tradisional Indonesia, khususnya sunda. Gak pernah terbayang sebelumnya ada orang yang kepikiran buat bawain lagu the Beatles pake instrumen angklung. Salut lah buat panitia yang udah bikin konsep unik dan juara kaya gitu. Bahkan bukan cuma bisa dengerin, di tengah acara penonton juga diajarin cara memainkan lagu The Beatles pake angklung. Seruuu banget lah pokoknya. Cerita lengkapnya saya tulis di sini.

5.       Djakarta Artmosphere
Untuk keempat kali nya, G Production menggelar acara bertajuk Djakarta Artmosphere. Konsep acara ini juga orisinil banget dengan menggabungkan musisi senior dengan musisi jaman sekarang di satu panggung. Bukan cuma main di satu panggung, para musisi tersebut bahkan berkolaborasi. Nah pada kesempatan malam itu, yang paling saya tungguin sih The SIGIT karena lumayan udah lama juga ga nonton mereka. Eh ternyata mereka main pertama bareng Benny Soebardja. Ya udah pada tau lah yah The SIGIT tuh kalo main kaya apa. Kolaborasinya cukup seru dan nyatu sih padahal Benny Soebardja saat itu sedang dalam kondisi kurang fit karena baru selesai operasi jantung. Salut lah sama profesionalisme nya. Selanjutnya ada kolaborasi Zeke Khaseli sama Ermi Kullit yang menurut saya sih biasa aja karena kurang interaksi diantara mereka. Trus ada juga The Upstairs yang dipasangin sama Andi Ayunir. Nah ini nih yang gokil. Di tengah pernampilan, tiba-tiba muncul Ikang Fawzi kolaborasi sama mereka bawain Catatan Si Boy. Biarpun udah gak muda, Ikang Fawzi tetap tampil energik banget. Asik lah kolaborasi mereka. Dan terakhir ada pasangan kolaborasi Shaggy Dog sama Bob Tutupoli. Mereka menyingkat kolaborasi mereka dengan Shaggy Bob hahaa. Lumayan surprise juga denger lagu Widuri dibawain dengan aransemen khas Shaggy Dog. Penampilan mereka bikin semua orang yang dateng malam itu ga sungkan buat ikutan joget. Salut lah buat semua pengisi acaranya. Dan dua jempol buat G Production yang bisa menghadirkan DjakSphere 4 tahun berturut-turut dengan kejutan-kejutan yang gak kalah keren dibanding taun sebelumnya. Cerita lengkapnya bisa baca di sini

Nah, itu dia 5 gigs terfavorit saya sepanjang tahun 2012. Ada yang samaan gak? Kalo ada toss dulu lah kita hehe. Mudah-mudahan di 2013 makin banyak gigs kece yang bisa saya tonton. Sampai jumpa di lantai dansa. Cherio J

Monday, September 24, 2012

Mari Bermain Rubik


Maraknya buku-buku terbitan baru di toko buku cukup menggembirakan akhir-akhir ini, bahkan para penulis kenamaan bisa menjual buku karya mereka hingga jutaan copy. Meski masih banyak pembajakan nyatanya penjualan buku tidak terlalu memprihatinkan layaknya rilisan musik. Namun buku-buku yang terpajang di toko-toko buku besar kebanyakan memiliki genre atau jenis yang serupa. Cinta-cintaan khas remaja dan motivator adalah dua jenis buku yang dengan sangat mudah dapat kita temui disana. Sebegitu haus nya kah masyarakat akan cerita-cerita fiksi yang menjual bualan omong kosong tak tentu arah seperti itu? Dan apakah masyarakat kita terlalu galau dan lemah sampai buku-buku motivasi selalu saja masuk jajaran buku best seller? Meski banyak buku-buku berkualitas karya penulis lokal tapi dua genre buku yang disebutkan diatas rupa nya memang masih mendominasi entah sampai kapan.
Di tengah keserupaan rilisan-rilisan buku dari penerbit besar tersebut, muncul lah sebuah buku kumpulan tulisan karya Angga Wiradiputra yang ia beri judul RUBIK. Tak ingin menunggu lama sampai ada penerbit melirik karya nya, maka Angga berinisiatif untuk menerbitkan buku nya secara self released melalui @nulisbuku. Apa yang ada dalam benak kita saat mendengar kata Rubik? Mungkin sebagian besar dari kita menangkap bahwa Rubik adalah sebuat benda atau mainan yang memerlukan kerja otak lebih besar untuk dapat membentuknya menjadi sebuah kotak persegi yang teratur warnanya. Tapi nyatanya untuk menikmati buku Rubik ini kita tidak perlu berpikir sekeras seperti saat kita bermain Rubik. Buku Rubik ini bahkan memancing kita untuk turut serta masuk ke dalam cerita karena yang ditampilkan memang cerita-cerita yang dekat dengan keseharian.
Buku ini terbagi dalam beberapa bab yang judulnya mencerminkan garis besar isi cerita setiap bab nya. Sebagai pembuka kita akan disuguhkan cerita atau ekspresi perasaan penulis kepada Tuhan, keluarga, kekasih dan orang-orang terdekat yang ada disekelilingnya. Bab ini di beri judul Dear, Kadear. Kumpulan cerita yang cenderung singkat dan pilihan kata yang lugas, jelas, terkadang sinis dan apa adanya dalam bab ini membuat kita mudah untuk mencerna apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Beberapa tulisan di bab ini juga seolah mengingatkan kita akan kejadian umum yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari namun luput dari perhatian kita.
Beralih ke bab selanjutnya ada Mengigau kah kau Tuan Lau? Andi Lau?. Bab ini berisi cerita-cerita fiksi hasil imajinasi penulis. Saat membaca bab ini kita seolah berada dalam mesin waktu yang siap membawa kita ke masa kanak-kanak dulu saat orang tua kita membacakan dongeng sebelum tidur. Khayalan mengenai Negeri bla bla bla, Pemusik Asik dan Pecinta Jendela memaksa kita ikut masuk ke dunia khayalan yang menyenangkan. Setelah bermain-main di negeri khayalan maka selanjutnya kita di bawa kembali ke dunia nyata dalam bab Pak camat sudah bukan Rahmat, dia sedang curhat. Di bab ini penulis mencoba membagi cerita kesehariannya mengenai segala hal yang menarik perhatiannya, mimpi-mimpi nya dan kisah menyentuh yang dialami dalam keluarganya. Semuanya dikemas sederhana seperti seseorang yang sedang curhat dengan teman baik nya. Bab ini akan membuat kita merasa dekat dengan penulis. Namun begitu dalam bab ini banyak cerita singkat yang tidak utuh bahkan terkesan tanggung, seperti layaknya sebuah lagu yang hanya ada intro atau reff nya saja. Jadi kita seolah dituntut untuk menerka bagaimana cerita tersebut sebelum dan sesudahnya bila ingin menikmatinya secara utuh. Gaya berceritanya tersebut seolah sudah menjadi karakter nya dalam menulis. Tapi potongan-potongan cerita tersebut bisa saja disengaja oleh penulis untuk mengaitkannya dengan sifat Rubik yang merupakan potongan warna yang harus dipikirkan sendiri oleh pemainnya untuk mendapatkan bentuk yang utuh dan teratur.
Selesai dengan segala curahan hatinya, kita akan disuguhkan sebuah bab berjudul Susi untuk Sulastri, kata ganti sastra untuk meracau. Bab ini berisi kumpulan puisi serta prosa singkat nya. Penulis seperti nya memang tidak ingin membuat pembaca mati kebosanan bila harus membaca cerita panjang, maka puisi dan prosa yang ada disini pun dikemas dengan singkat namun sarat makna. Kemudian di bab selanjutnya ada Regi masih pake kawat gigi? Ngga, dia sudah beranalogi. Bab ini menggambarkan segala analogi dan persepsi penulis tentang kejadian yang ada di sekitar nya. Jangan heran bila persepsi nya berbeda dari pemikiran kebanyakan orang atau bahkan tidak pernah terbayang sebelumnya dalam benak kita. Pemikiran yang sederhana lagi-lagi dapat dengan mudah kita tangkap dalam tulisan yang banyak berisi tentang harapan, mimpi dan keheranan akan perilaku manusia belakangan ini.
Selanjutnya ada Resah dan gelisah pada semut merah. Bab ini berisi kumpulan lirik lagu yang penulis buat. Keseharian penulis yang merupakan seorang bassis dari sebuah band asal Bandung, Taman Kota membuat wajar rasanya bila ia memasukkan bab ini ke dalam bukunya. Kebanyakan lirik yang ada berisi tentang banyak pertanyaan mengenai kehidupan yang cukup membingungkannya. Sebagai penutup penulis menyuguhkan sebuah bab berjudul Sebuah teori, eh teori. Disini kita akan menemukan ideologi penulis mengenai hidup, musik sampai hubungan asmara. Berbeda dengan bab-bab sebelumnya, disini kita akan menemukan sudut pikir yang dikemas secara utuh. Penulis berusaha memaparkan pemikirannya secara gamblang dan kritis. Kita bisa saja setuju atau bahkan membantah semua tulisannya di bab ini dengan spontan. Gaya bertutur nya memang seolah memancing kita untuk berdiskusi.
Dari keseluruhan tulisan yang ada di bab ini maka dapat kita kenali gaya bercerita yang lugas dan terkesan to the point meski banyak juga pemilihan kata ajaib yang dapat menambah perbendaharaan kata pembaca. Pemilihan kata yang tidak biasa tersebut diakui penulis terinspirasi dari lirik lagu Zeke Khaseli yang di daulat sebagai idola dan panutannya, baik dalam menulis maupun bermusik. Bila kita menganggap hidup ini tak adil, maka dengan membaca buku ini kita akan menyadari bahwa banyak hal dalam hidup kita yang tanpa kita sadari justru bisa sangat menyenangkan.
Kalo kamu penasaran dengan keseluruhan isi buku ini, yuk langsung order aja ke @wenkywiradi  atau ke email wenkywiradi@gmail.com, karena buku ini self released jadi penulis nya juga deh yang turun tangan ngurusin distribusi dan pemesanan. Tapi kamu juga bisa nodong dia buat minta tanda tangan atau tanda kecup, hehee. Yuk tunggu apa lagi? Support our local indie writer :')

Artikel ini telah dimuat di web Berisik Radio yang dapat dilihat di sini

An Intimate Sparkle Afternoon



Alunan musik dream pop memang mampu membuat siapapun yang mendengarnya merasa relaks dan kadang tanpa sadar membuat kita terpejam sambil membayangkan satu scene dalam perjalanan hidup kita yang sesuai dengan feel lagu yang coba ditawarkan aliran musik ini. Suasana itu lah yang berusaha dihadirkan oleh sebuah band asal kota Bandung, Sparkle Afternoon. Band yang terdiri dari enam anak muda berbakat yaitu Ratih Kemala Dewi (vokal/glockenspiel), Diki Setiadi (gitar), Warna Kurnia (bass), Yogie Riyanto (gitar), Rizka Rahmawaty (keyboard), Tedy Wijaya (drum). Berdiri sejak tahun 2007, mereka berusaha meramu musik yang menjadikan mereka band dreampop bernuansa postrock dan shoegaze yang tetap memiliki ciri khas dibanding band sejenis yang makin banyak bermunculan.
Dentingan keyboard yang lembut, suara gitar dan vokal wanita yang mengawang, namun sesekali diselingi oleh suara gitar yang powerfull membuat musik Sparkle Afternoon terdengar kaya dan tidak membosankan meski dengan durasi lagu yang cukup panjang sekalipun. Suara gitar yang powerfull dan agresif dibawakan oleh Diki yang dulu sempat tergabung dalam band yang mengusung aliran metal. “Dulu saya memang pernah mainin lagu-lagu metal, trus diajak gabung di Sparkle Afternoon ternyata asik juga bawain musik dreampop dan saya merasa nyaman sampai sekarang”, ucap Diki.
Sementara menurut gitaris lainnya, Yogie, musik yang mereka mainkan mengandung filosofi keseharian yang dekat dengan mereka. “Ya kita hidup setiap hari kan dalam sehari itu aja belum tentu semuanya berjalan mulus, ada seneng nya tapi kemudian bisa juga ngalamin kejadian yang ngga enak, feel seperti itulah yang ingin kita tampilkan”.
Keyboard nampaknya menjadi tonggak musik yang selama ini mereka hasilkan. “Biasanya kalo bikin lagu memang awalnya ide dari Rizka sama Diki dulu setelah itu baru di sempurnakan sama yang lain”, cerita Yogie. Meski kini memilih aliran dreampop, mereka mengaku saat awal berkumpul tidak pernah ada rencana untuk menentukan aliran musik yang akan mereka mainkan. Bagi mereka kejujuran dalam bermusik menjadi faktor penting dalam setiap proses kreatif yang mereka jalankan.
Tak pernah memaksakan untuk membuat musik yang orang suka dengan mengabaikan kenyamanan mereka dalam memainkan instrumen. “Dulu malah kita awalnya main musik indie pop tapi akhirnya kita merasa lebih nyaman memainkan musik yang sekarang, itu sih yang penting, kita kan main musik memang untuk senang-senang”, ucap vokalis yang akrab disapa Mala. Influence yang bermacam-macam dari setiap personelnya mulai dari britpop, phsychedelic sampai metal rasanya wajar membuat aransemen musik yang mereka hasilkan terdengar lebih beragam dari satu lagu ke lagu lainnya. Itu lah satu kelebihan yang mereka miliki selain juga vokalis perempuan yang pandai memainkan glockenspiel.
Setelah merilis split album bersama band postrock asal Bandung Under The Big Bright Yellow Sun pada tahun 2010 dibawah label Loud For Goodness dan dua lagu mereka Gorgeous dan Fade Away yang sempat dirilis oleh BFW Recording, sebuah netlabel dari Inggris, saat ini mereka sedang menyiapkan full album pertama yang ditargetkan bisa rilis akhir taun ini. Namun target mereka ini memiliki beberapa kendala yang cukup menyulitkan. Diantaranya adalah Mala dan Tedy yang sejak tahun 2011 berdomisili di Jakarta karena urusan pekerjaan, Yogie pun sering dinas keluar kota sehingga sangat sedikit sekali intensitas pertemuan dan waktu senggang yang dimiliki untuk merekam materi lagu yang kelak akan mereka hadirkan dalam album. Karena itu lah dalam beberapa penampilan live nya, Sparkle Afternoon dibantu oleh additional drummer Irvan N Martpresia.
Namun begitu bagi mereka segala kendala yang ada tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap berada dalam satu band dan berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan album. “Target sih tetap ada tapi kami juga ngga maksain, jadi kalo memang diantara kami ada yang punya urusan yang lebih penting di luar band ya silahkan, kami juga support itu karena band ini tuh udah kayak keluarga buat kami semua”, tukas Warna Kurnia. Sementara Irvan yang selama Tedy bekerja di Jakarta selalu ditugaskan sebagai drummer additional mengaku nyaman berada di  band ini. “Ya saya sih selalu support mereka dari dulu apalagi kita punya satu kesamaan yaitu ngga bisa tidur sebelum subuh makanya jadi cocok mainin musik-musik kayak gini, hahaha”, canda Irvan. Bagi semua yang terlibat dalam Sparkle Afternoon komunikasi dan kekeluargaan adalah faktor penting yang membuat band ini tetap eksis sampai sekarang.


Artikel ini telah di muat di web Berisik Radio yang bisa dilihat di sini