Thursday, September 13, 2012

Dazzling Hill

Dinginnya cuaca di kota Bandung tak menyurutkan niat para pecinta musik di kota kembang tersebut untuk berbondong-bondong mendatangi sebuah galeri seni bernama Galeri Selasar Sunaryo. Terletak di Dago Atas, sebuah kawasan di dataran tinggi Bandung Utara membuat suhu udara di Galeri Selasar Sunaryo dingin seolah menggigit kulit. Namun perhelatan sebuah acara musik bertajuk Dazzling Hill sanggup mengantarkan sekitar 400 orang untuk memenuhi area Amphitheatre. Bahkan masih banyak yang tidak dapat menyaksikan acara itu karena tiket yang sudah sold out jauh sebelum acara dimulai. Malam minggu kemarin tanggal 8 September 2012 sekitar pukul 7 malam di mulai lah acara yang melibatkan 5 band dari kota Jakarta, Yogyakarta dan Bandung. Suasana dingin malam itu coba dihangatkan dengan penampilan band indie pop, Cascade, yang di daulat sebagai band pembuka. 

Kemudian coba dilanjutkan oleh penampilan dari duo yang menamakan diri mereka Mission Possible, instrumental duo tersebut tampil dengan bersenjatakan hammond dan drum. Mereka tampak memukau saat unjuk kebolehkan memainkan dua instrument tersebut dengan apik. Meski tak banyak penonton yang hafal dengan materi lagu yang mereka bawakan, nyatanya semua yang hadir begitu terhibur dengan keberadaan mereka diatas panggung. Selesai dengan Mission possible tiba lah giliran sebuah band asal Yogyakarta, Individual Life. Tak ada ekspektasi apapun saat mendengar band ini akan ikut memeriahkan Dazzling Hill. Namun saat kemudian mendengarkan alunan musik yang mereka mainkan, mewah adalah kesan pertama yang saya tangkap dari musik mereka. Sound gitar yang mengawang khas musik post rock, gesekan biola dan bebunyian piano yang begitu tegas membuat musik mereka begitu semarak dibawah sorot lampu yang juga tak kalah meriah. 

Kemewahan musik mereka disambut dengan gemuruh tepuk tangan dan decak kagum siapapun yang berada disana. Total 4 lagu mereka bawakan dengan sempurna. Setelah dibuat mengawang dengan sajian musik Individual Live, penonton dimanjakan dengan kehadiran Payung Teduh dengan musik akustiknya. Cuaca yang semakin dingin seolah pas dengan lagu mereka yang berlirik romantis dan teduh sesuai nama mereka. Sejumlah nomor andalan yang terdapat dalam album Dunia Batas pun berhasil mereka bawakan dengan mulus. Mereka adalah Berdua Saja, Kucari Kamu, Angin Pujaan Hujan, Rahasia dan Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan. Sempat ada encore saat mereka pamit undur diri, namun malam yang semakin larut membuat mereka tak mampu memenuhi keinginan para pendengarnya untuk terus menikmati harmonisasi lagu mereka. 

Kemudian tiba lah pada penampilan band penutup malam itu. Siapa lagi kalau bukan Pure Saturday. Band paling senior diantara para pengisi acara lainnya malam itu membuka penampilan mereka dengan lagu Horsemen, yang diambil dari materi album terbaru mereka Grey. Meski kurang lengkap tanpa ada nya synth seperti yang terdapat dalam album toh hal tersebut tak mengurangi sambutan penonton atas penampilan pertama mereka setelah rehat lebaran. Menemani Horsemen, ada juga Starlight, Musim Berakhir dan Lighthouse yang mereka bawakan malam itu. Namun selain itu, lagu-lagu andalan di album terdahulu juga tak luput mereka bawakan. Adalah Elora, Spoken, Kosong, Cokelat dan Desire yang berhasil membuat seluruh penonton berkaraoke massal. Konsep acara yang memang sengaja diadakan di sebuah tempat berdataran tinggi di kota Bandung tersebut sangat serasi dengan seluruh penampil yang turut memeriahkan. Penikmat pertunjukan musik pun mendapatkan sebuah pengalaman baru menonton band idola nya dengan suasana yang sangat nyaman dan menyenangkan.

No comments:

Post a Comment