Wajah
sumringah dan penuh kebahagiaan nampak jelas di wajah ratusan orang yang
memadati Gedung Kesenian Jakarta sejak pukul 6 sore. Meski acara diagendakan
akan mulai pukul 19.30 Wib, penonton yang kebanyakan masih berpakaian ala
pegawai kantor nampak sudah tidak sabar melepas kerinduan pada band si empunya
hajat malam itu. Ya Pure Saturday yg dalam rangka meluncur kan album terbarunya
tersebut bekerjasama dengan G Production menggelar sebuah perhelatan akbar pada
15 mei 2012.
Sebelum
acara dimulai para pengunjung nampak memadati booth merchandise yang menjual
tshirt serta tentu saja album terbaru Pure Saturday. Ada juga yang berbincang
santai memprediksi akan seperti apa album baru band kesayangan mereka. Seperti
yang dilakukan Dapit Budi dan beberapa temannya yang aktif dlm milis Pure
People, sapaan bagi fans Pure Saturday. "Penasaran sih akan seperti apa
keseluruhan albumnya tapi ingin nya sih yang fresh dan beda dari album-album sebelumnya,
ya ibaratnya kayak cewek baru kan jd pingin di dengerin terus dan di kulik,
hahaa" canda Dapit.
Selain
Dapit ada juga Dani seorang Pure People asal Bandung yang menyempatkan untuk
menghadiri konser ini. "Ya penasaran lah pasti udah lama banget kan mereka
ngga ngeluarin album trus pas kebetulan bisa bolos kerja lagian juga di Bandung
belum ada kabar kapan akan ada konser seperti ini jadi ya akhirnya berangkat ke
Jakarta sama teman-teman yang lain juga" cerita Dani.
Tepat
pukul 20.00 Wib pintu masuk dibuka dan langsung disambut oleh kemegahan gedung
teater yang sudah ada sejak zaman kolonial belanda tersebut. Sempat menunggu 15
menit akhirnya konser dimulai dengan instrumen musik yang disuguhkan dengan
layar background bergambar mata yang berkedip. Setelah musik yang terdengar
singkat itu usai, bermunculan lah sosok yang sudah ditunggu-tunggu. Dimulai
dari Ade Purnama (bass) dilanjutkan dengan Adhitya “Adhi” Ardinugraha (gitar),
Yudhistira “Udhi” Ardinugraha (drum), Arief Hamdani (gitar) dan Yocki
Suryoprayogo naik ke panggung. Intro lagu Horsemen terdengar dan datang lah
sang vokalis Satria “Iyo” Nurbambang yang berkostum layaknya seorang ksatria penunggang
kuda. Tepuk tangan pun terdengar meriah. Semua terkejut dengan penampilan
berbeda dari vokalis yang wajah nya juga di cat putih.
Selain
bernyanyi, Iyo juga terlihat berakting menginterpretasikan isi lagu.
Selanjutnya berturut-turut keseluruhan isi album baru dibawakan. Deretan lagu
tersebut adalah Lighthouse, Musim Berakhir, Starlight, Utopian Dreams, The Air
The Empty Sky, Passerpartout, To The Edge dan ditutup dengan Albatros dan Dream
A New dream. Diantara keseluruhan lagu tersebut Utopian Dreams cukup menarik
perhatian penonton karena di lagu itu untuk pertama kalinya Adhi melakukan solo
gitar akustik diawal lagu kemudian muncul lah Rekti yang menjadi salah satu
pengisi acara tamu yang juga turut berkolaborasi dalam album. Sementara pada
lagu Albatros terdengar suara vokal Iyo yang lebih matang dan percaya diri bila
dibandingkan dengan album Elora, debut albumnya sebagai vokalis Pure Saturday
ditambah lagi penghayatan lagu dengan emosi yang sangat terasa. Dilagu
berdurasi lebih dari 8 menit ini lah yang terdengar jelas sangat berbeda dengan
lagu-lagu Pure Saturday sebelumnya.
Selesai
menyuguhkan album baru mereka rehat sejenak sebelum beralih ke sesi 2 dimana
kabarnya mereka akan membawakan sejumlah hits dari album terdahulu. Tak perlu
menunggu waktu lama satu persatu personel kembali ke panggung dengan wardrobe sederhana khas mereka. Ya apalagi kalo bukan tshirt
dan jeans. Namun ada satu yang mengundang gelak tawa para penonton, yaitu Iyo
yang mengenakan tshirt bergambar Soleh Solihun, seorang stand up comedian yang
sedang banyak digandrungi humor cerdas nya belakangan ini.
Setelah
terlebih dulu menyapa penonton yang sebelumnya “dicuekin” saat sesi 1, mereka
pun membuka sesi 2 dengan lagu Elora. Semua penghuni ruangan berkapasitas 470
orang itu bersorak dan ikut bernyanyi bersama. Suasana makin semarak, tidak
lagi hening seperti pada sesi sebelumnya. Setelah Elora, konser berlanjut
dengan lagu Spoken, Cokelat, Pagi, dan Enough yang kembali menghadirkan Rekti
diatas panggung. Sebelum memanggil Rekti, Iyo sempat turun panggung untuk
menyapa penonton yang hadir, seperti Arian (Seringai) dan Uga (The dying
sirens). Ia pun menawarkan penonton untuk turut serta bernyanyi dengannya
diatas panggung namun tak ada satu pun yang memberanikan dirinya untuk itu.
Baru lah kemudian ia memanggil Rekti keatas panggung.
Setelah
Enough, kemeriahan terus berlanjut dengan lagu Simple, Desire, Citra Hitam yang
dibawakan secara duet dengan Yockie Suryoprayogo. Khusus dilagu ini Iyo tidak
ikut bernyanyi. Ternyata kejutan tidak berhenti sampai disitu. Sekumpulan
remaja yang tergabung dalam sebuah choir yang belakangan diketahui berasal dari
SMA 78 Jakarta naik keatas panggung dan secara menakjubkan tampil untuk
menyanyikan lagu labirin. Selepas lagu itu Iyo pamit dan mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam konser itu. Dan kelima personel
beranjak kebelakang panggung. Tentu saja hal tersebut mengundang teriakan
“lagi, lagi, lagi” dari semua penonton.
Ya
akhirnya panggung kembali terisi dan intro kosong pun berkumandang yang
kemudian disusul dengan kehadiran Cholil Efek Rumah Kaca. Ternyata kejutan
masih terus berlanjut. Setelah lagu tersebut masih ada satu lagu yaitu Buka
yang benar-benar dijadikan lagu penutup. Kemudian Iyo memanggil satu per satu
pendukung acara ke atas panggung untuk memberikan salam perpisahan yang
disambut dengan standing ovation.
Di sesi 2 tersebut hampir tidak ada lagu yang tidak diiringi oleh sing along penonton yang hadir. Semua penonton keluar ruangan
konser dengan wajah puas dan penuh pancaran kebahagiaan. Konsep teatrikal
sendiri diakui berasal dari ide brilian sang vokalis Iyo. “Ya bisa dibilang semua
ide di sesi 1 itu buah pemikirannya Iyo jadi yang lain mengikuti saja dan
percaya sama dia”, cerita Udhi. Pemilihan Cholil sebagai pendukung acara pun
atas ide dari Iyo. Namun sayang Hendi Unyil (Themilo) yang sebelumnya
dijanjikan akan turut serta dalam konser urung hadir karena kesibukan.
Sementara
mengenai venue yang hanya dapat menampung penonton dengan jumlah terbatas
dikatakan sebagai bagian dari konsep. Dan personel Pure Saturday sendiri memang
sangat senang sekali momen sakral bagi perjalanan karir bermusik mereka
diselenggarakan di sebuah gedung yang sangat mirip dengan Royal Albert Hall,
sebuah gedung konser bersejarah yang terletak di London, Inggris yang rutin
mengadakan konser Eric Clapton. Tak ada ekspektasi muluk setelah
menyelenggarakan konser ini. Mereka hanya berharap adanya pendengar baru yang
mendengarkan musik Pure Saturday. Meski sempat dihinggapi perasaan gugup
menjelang konser yang hanya dipersiapkan kurang lebih selama sebulan, konser
ini boleh dikatakan sebagai salah satu konser band non mainstream terbaik yang
pernah diselenggarakan di Indonesia.
Untuk
selanjutnya mereka berencana untuk melakukan Grey Tour ke beberapa kota
terdekat seperti Bandung, Semarang, Jogja, Malang dan Makasar. Mereka
menjanjikan konsep berbeda di setiap kota. Namun untuk waktu dan tempat nya
belum dapat dipastikan. Mari kita tunggu kejutan apa lagi yang akan di hadirkan
Pure Saturday.
"Penasaran sih akan seperti apa keseluruhan albumnya tapi ingin nya sih yang fresh dan beda dari album-album sebelumnya, ya ibaratnya kayak cewek baru kan jd pingin di dengerin terus dan di kulik, hahaa" canda Dapit. waisssh.. sekalian pakai @dapitbudi aja... Good review.. Lighting Sounds were GOOD too. Melihat, Mendengar dan Duduk menyaksikan setiap materi GREY dibawakan itu lebih baik daripada berdiri. lebih konsen. inspiring.. good concept for album launch.
ReplyDelete