Tuesday, May 22, 2012

Grey Concert Yang Penuh Kejutan

 Wajah sumringah dan penuh kebahagiaan nampak jelas di wajah ratusan orang yang memadati Gedung Kesenian Jakarta sejak pukul 6 sore. Meski acara diagendakan akan mulai pukul 19.30 Wib, penonton yang kebanyakan masih berpakaian ala pegawai kantor nampak sudah tidak sabar melepas kerinduan pada band si empunya hajat malam itu. Ya Pure Saturday yg dalam rangka meluncur kan album terbarunya tersebut bekerjasama dengan G Production menggelar sebuah perhelatan akbar pada 15 mei 2012.
Sebelum acara dimulai para pengunjung nampak memadati booth merchandise yang menjual tshirt serta tentu saja album terbaru Pure Saturday. Ada juga yang berbincang santai memprediksi akan seperti apa album baru band kesayangan mereka. Seperti yang dilakukan Dapit Budi dan beberapa temannya yang aktif dlm milis Pure People, sapaan bagi fans Pure Saturday. "Penasaran sih akan seperti apa keseluruhan albumnya tapi ingin nya sih yang fresh dan beda dari album-album sebelumnya, ya ibaratnya kayak cewek baru kan jd pingin di dengerin terus dan di kulik, hahaa" canda Dapit.
Selain Dapit ada juga Dani seorang Pure People asal Bandung yang menyempatkan untuk menghadiri konser ini. "Ya penasaran lah pasti udah lama banget kan mereka ngga ngeluarin album trus pas kebetulan bisa bolos kerja lagian juga di Bandung belum ada kabar kapan akan ada konser seperti ini jadi ya akhirnya berangkat ke Jakarta sama teman-teman yang lain juga" cerita Dani.
Tepat pukul 20.00 Wib pintu masuk dibuka dan langsung disambut oleh kemegahan gedung teater yang sudah ada sejak zaman kolonial belanda tersebut. Sempat menunggu 15 menit akhirnya konser dimulai dengan instrumen musik yang disuguhkan dengan layar background bergambar mata yang berkedip. Setelah musik yang terdengar singkat itu usai, bermunculan lah sosok yang sudah ditunggu-tunggu. Dimulai dari Ade Purnama (bass) dilanjutkan dengan Adhitya “Adhi” Ardinugraha (gitar), Yudhistira “Udhi” Ardinugraha (drum), Arief Hamdani (gitar) dan Yocki Suryoprayogo naik ke panggung. Intro lagu Horsemen terdengar dan datang lah sang vokalis Satria “Iyo” Nurbambang yang berkostum layaknya seorang ksatria penunggang kuda. Tepuk tangan pun terdengar meriah. Semua terkejut dengan penampilan berbeda dari vokalis yang wajah nya juga di cat putih.
Selain bernyanyi, Iyo juga terlihat berakting menginterpretasikan isi lagu. Selanjutnya berturut-turut keseluruhan isi album baru dibawakan. Deretan lagu tersebut adalah Lighthouse, Musim Berakhir, Starlight, Utopian Dreams, The Air The Empty Sky, Passerpartout, To The Edge dan ditutup dengan Albatros dan Dream A New dream. Diantara keseluruhan lagu tersebut Utopian Dreams cukup menarik perhatian penonton karena di lagu itu untuk pertama kalinya Adhi melakukan solo gitar akustik diawal lagu kemudian muncul lah Rekti yang menjadi salah satu pengisi acara tamu yang juga turut berkolaborasi dalam album. Sementara pada lagu Albatros terdengar suara vokal Iyo yang lebih matang dan percaya diri bila dibandingkan dengan album Elora, debut albumnya sebagai vokalis Pure Saturday ditambah lagi penghayatan lagu dengan emosi yang sangat terasa. Dilagu berdurasi lebih dari 8 menit ini lah yang terdengar jelas sangat berbeda dengan lagu-lagu Pure Saturday sebelumnya.
Selesai menyuguhkan album baru mereka rehat sejenak sebelum beralih ke sesi 2 dimana kabarnya mereka akan membawakan sejumlah hits dari album terdahulu. Tak perlu menunggu waktu lama satu persatu personel kembali ke panggung dengan wardrobe sederhana khas mereka. Ya apalagi kalo bukan tshirt dan jeans. Namun ada satu yang mengundang gelak tawa para penonton, yaitu Iyo yang mengenakan tshirt bergambar Soleh Solihun, seorang stand up comedian yang sedang banyak digandrungi humor cerdas nya belakangan ini.
Setelah terlebih dulu menyapa penonton yang sebelumnya “dicuekin” saat sesi 1, mereka pun membuka sesi 2 dengan lagu Elora. Semua penghuni ruangan berkapasitas 470 orang itu bersorak dan ikut bernyanyi bersama. Suasana makin semarak, tidak lagi hening seperti pada sesi sebelumnya. Setelah Elora, konser berlanjut dengan lagu Spoken, Cokelat, Pagi, dan Enough yang kembali menghadirkan Rekti diatas panggung. Sebelum memanggil Rekti, Iyo sempat turun panggung untuk menyapa penonton yang hadir, seperti Arian (Seringai) dan Uga (The dying sirens). Ia pun menawarkan penonton untuk turut serta bernyanyi dengannya diatas panggung namun tak ada satu pun yang memberanikan dirinya untuk itu. Baru lah kemudian ia memanggil Rekti keatas panggung.
Setelah Enough, kemeriahan terus berlanjut dengan lagu Simple, Desire, Citra Hitam yang dibawakan secara duet dengan Yockie Suryoprayogo. Khusus dilagu ini Iyo tidak ikut bernyanyi. Ternyata kejutan tidak berhenti sampai disitu. Sekumpulan remaja yang tergabung dalam sebuah choir yang belakangan diketahui berasal dari SMA 78 Jakarta naik keatas panggung dan secara menakjubkan tampil untuk menyanyikan lagu labirin. Selepas lagu itu Iyo pamit dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam konser itu. Dan kelima personel beranjak kebelakang panggung. Tentu saja hal tersebut mengundang teriakan “lagi, lagi, lagi” dari semua penonton.
Ya akhirnya panggung kembali terisi dan intro kosong pun berkumandang yang kemudian disusul dengan kehadiran Cholil Efek Rumah Kaca. Ternyata kejutan masih terus berlanjut. Setelah lagu tersebut masih ada satu lagu yaitu Buka yang benar-benar dijadikan lagu penutup. Kemudian Iyo memanggil satu per satu pendukung acara ke atas panggung untuk memberikan salam perpisahan yang disambut dengan standing ovation. Di sesi 2 tersebut hampir tidak ada lagu yang tidak diiringi oleh sing along penonton yang hadir. Semua penonton keluar ruangan konser dengan wajah puas dan penuh pancaran kebahagiaan. Konsep teatrikal sendiri diakui berasal dari ide brilian sang vokalis Iyo. “Ya bisa dibilang semua ide di sesi 1 itu buah pemikirannya Iyo jadi yang lain mengikuti saja dan percaya sama dia”, cerita Udhi. Pemilihan Cholil sebagai pendukung acara pun atas ide dari Iyo. Namun sayang Hendi Unyil (Themilo) yang sebelumnya dijanjikan akan turut serta dalam konser urung hadir karena kesibukan.
Sementara mengenai venue yang hanya dapat menampung penonton dengan jumlah terbatas dikatakan sebagai bagian dari konsep. Dan personel Pure Saturday sendiri memang sangat senang sekali momen sakral bagi perjalanan karir bermusik mereka diselenggarakan di sebuah gedung yang sangat mirip dengan Royal Albert Hall, sebuah gedung konser bersejarah yang terletak di London, Inggris yang rutin mengadakan konser Eric Clapton. Tak ada ekspektasi muluk setelah menyelenggarakan konser ini. Mereka hanya berharap adanya pendengar baru yang mendengarkan musik Pure Saturday. Meski sempat dihinggapi perasaan gugup menjelang konser yang hanya dipersiapkan kurang lebih selama sebulan, konser ini boleh dikatakan sebagai salah satu konser band non mainstream terbaik yang pernah diselenggarakan di Indonesia.
Untuk selanjutnya mereka berencana untuk melakukan Grey Tour ke beberapa kota terdekat seperti Bandung, Semarang, Jogja, Malang dan Makasar. Mereka menjanjikan konsep berbeda di setiap kota. Namun untuk waktu dan tempat nya belum dapat dipastikan. Mari kita tunggu kejutan apa lagi yang akan di hadirkan Pure Saturday.

1 comment:

  1. "Penasaran sih akan seperti apa keseluruhan albumnya tapi ingin nya sih yang fresh dan beda dari album-album sebelumnya, ya ibaratnya kayak cewek baru kan jd pingin di dengerin terus dan di kulik, hahaa" canda Dapit. waisssh.. sekalian pakai @dapitbudi aja... Good review.. Lighting Sounds were GOOD too. Melihat, Mendengar dan Duduk menyaksikan setiap materi GREY dibawakan itu lebih baik daripada berdiri. lebih konsen. inspiring.. good concept for album launch.

    ReplyDelete