Friday, November 11, 2011

Semoga Hanya Kekhawatiran Saya Saja

Apa makna sumpah pemuda bagi kalian? Upss sebelum kalian jawab, ada baiknya saya ingatkan lagi isi sumpah pemuda itu sendiri. Begini lah bunyi sumpah pemuda yang dahulu di dengungkan para pemuda pemudi pejuang bangsa:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Apa yang bergejolak di hati kalian ketika membaca utuh sumpah tersebut? Terharu? Bangga? Sebagai seorang pemudi saya justru merasa malu. Di era yang serba sulit kala itu pemuda pemudi berhasil meneguhkan hati bersama-sama untuk bersumpah membela Indonesia, menjunjung kesatuan. Tapi apa yang sudah saya lakukan saat ini? Sungguh tidak ada apa-apa nya dibandingkan mereka. Bekerja sebagai penulis di sebuah majalah yang mengusung parenting guide sebagai benang merah nya saya merasa belum mampu berbuat banyak untuk bangsa ini. Saya hanya melakukan pekerjaan ini karena hobi saya di dunia tulis menulis, usaha untuk menghidupi diri sendiri maupun keluarga. Sampai ahirnya tumbuh motivasi baru yaitu memberikan informasi seputar anak-anak untuk keluarga-keluarga baru. Ya semoga tercapai.
Dan karena pekerjaan saya juga, saya jadi sering bertemu dan bersinggungan dengan dunia anak. Sampai akhirnya muncul sebuah kekhawatiran di benak saya. Ketika saya berada di sekolah-sekolah tingkat preschool sampai dasar, saya justru menemukan bahwa anak-anak kebanyakan berbahasa asing baik untuk berbicara dengan guru, orang tua dan teman-temannya. Ketika saya ajak bicara dengan menggunakan bahasa Indonesia mereka sama sekali tidak mengerti apa yang saya katakan. Dan kemudian seorang Ibu menghampiri saya, “Dia ga bisa ngomong Indonesia, mba” di situlah awal mula kekhawatiran saya. Begitu pun ketika saya singgah di beberapa mall besar di Jakarta hampir semua anak-anak bersepatu roda dan berbahasa asing. Padahal ibu bapak nya asli orang Indonesia.
Tidak kah orang tua mereka mengerti seberapa berat perjuangan para pahlawan bangsa mempersatukan rakyat untuk kemudian berikrar untuk menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Saya sangat mengerti bahwa di era globalisasi ini bahasa asing khususnya bahasa inggris memang sangat diperlukan. Tapi bukan berarti lantas kita bisa mengabaikan bahasa kita sendiri kan? Toh anak-anak ini tinggal di Indonesia dan secara alamiah tentunya akan bergaul dengan sekitar yang kebanyakan pasti berbahasa Indonesia. Atau para orang tua itu memang sengaja hanya akan mengizinkan anak-anaknya untuk bergaul dengan orang-orang yang berbahasa asing? Entahlah.
Dengan adanya fakta-fakta ini saya khawatir dengan eksistensi bahasa Indonesia di kemudian hari. Akan kah bahasa Indonesia tetap eksis hingga 20 tahun yang akan datang? Sebagai seseorang yang mengagumi bahasa Indonesia yang sangat indah dari segi makna dan pelafalan saya sangat khawatir. Cobalah sekali waktu kalian menyempatkan untuk membuka kamus besar bahasa indonesia. Maka kalian akan menemukan keindahan berbahasa yang saya maksud. Tapi semoga ini semua hanya kekhawatiran saya semata. Semoga bahasa Indonesia akan tetap eksis di negaranya sendiri. Selamanya. Dan berbeda dengan kebanyakan orang tua yang membiasakan anaknya memanggil mereka dengan sebutan mommy and daddy, maka kelak saya akan membiasakan anak-anak saya untuk memanggil saya dan suami saya dengan panggilan ibu dan ayah.

No comments:

Post a Comment